Kabupaten Empat Lawang adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Kabupaten Empat Lawang diresmikan pada 20 April 2007. setelah sebelumnya disetujui oleh DPR dengan disetujuinya Rancangan Undang-Undangnya pada 8 Desember 2006
tentang pembentukan kabupaten Empat Lawang bersama 15 kabupaten/kota
baru lainnya. Kabupaten Empat Lawang merupakan pemekaran dari kabupaten Lahat.
Nama kabupaten ini, menurut cerita rakyat berasal dari kata Empat Lawangan,
yang dalam bahasa setempat berarti "Empat Pendekar (Pahlawan)". Hal
tersebut karena pada zaman dahulu terdapat empat orang tokoh yang pernah
memimpin daerah ini.
Pada masa penjajahan Hindia Belanda (sekitar 1870-1900), Tebing Tinggi memegang peran penting sebagai wilayah administratif (onderafdeeling) dan lalu lintas ekonomi karena letaknya yang strategis. Tebing Tinggi pernah diusulkan menjadi ibukota keresidenan saat Belanda berencana membentuk Keresidenan Sumatera Selatan (Zuid Sumatera) tahun 1870-an yang meliputi Lampung, Jambi dan Palembang. Tebing Tinggi dinilai strategis untuk menghalau ancaman pemberontakan daerah sekitarnya, seperti Pagar Alam, Pasemah dan daerah perbatasan dengan Bengkulu. Rencana itu batal karena Belanda hanya membentuk satu keresidenan, yaitu Sumatera.
Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Onderafdeeling Tebing Tinggi
berganti nama menjadi wilayah kewedanaan dan akhirnya pada masa
kemerdekaan menjadi bagian dari wilayah sekaligus ibu kota bagi
Kabupaten Empat Lawang.
Sekarang Kabupaten Empat Lawang memiliki sepuluh kecamatan, yaitu:
1. Lintang Kanan, Empat Lawang | Lintang Kanan
2. Muara Pinang, Empat Lawang | Muara Pinang
3. Nanjungan, Empat Lawang | Pasemah Air Keruh
4. Pendopo, Empat Lawang | Pendopo
5. Talang Padang, Empat Lawang | Talang Padang
6. Tebing Tinggi, Empat Lawang | Tebing Tinggi
7. Padang Tepong, Empat Lawang | Ulu Musi
8. Karang Dapo, Empat Lawang | Sikap Dalam
9. Suka Kaya, Empat Lawang | Saling
10. Lingge, Empat Lawang | Pendopo barat
Persi Lain
Sejarah Asal Usul Lintang Empat Lawang
Sudah
tak terbilang jumlahnya
yang menulis/menerbitkan Sejarah
Empat Lawang, namun dari tulisan pertama
dengan yang lainnya tidak ada yang sama ,semuanya
berbeda, oleh sebab itu , timbullah pertanyaan pertanyaan ; mana yang benar? Mana yang akurat ? …………………
Untuk
mencari Jawaban pertanyaan di atas, maka saya berusaha mencari dan menggali kembali
informasi sejarah Empat Lawang dari sumber yang mempunyai dokumen, atau setidak tidaknya sumber
yang mempunyai kedekatan dengan kebenaran sejarah,, bukan dari dongengan atau mengikuti kejadian alam. yang memang telah tercipta oleh yang kuasa yang dikaitkan dengan
sejarah.
Alhamdulillah,apa
yang saya cari, saya temukan satu
dokumen yang telah lapuk dimakan usia ditambah dengan
informasi / cerita yang turun temurun dari alur keturunan pangeran yang ada di
daerah Empat Lawang .yaitu seorang cucu pangeran ke 12 dari pangeran yang ada
di daerah Empat Lawanfg semenjak adanya
kekuasaan di daerah Empat Lawang (
berdirinya kerajaan Sriwijaya ) ..
Untuk itulah Kepada pihak yang
memberikan dokumen dan keterangan saya
ucapkan terimah kasih, akhirnya semoga tulisan ini dapat mendekati kebenaran dan semoga dapat di
baca dan dipahami oleh generasi mendatang. Karena Bangsa yang besar adalah
bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah..
Dokumen
:
Berupa salinan sejarah yang disalin oleh Pangeran H.ABU
BAKAR BIN H.YEN
Lahir
pada tahun 1854 meninggal tahun 1980
Pangeran ke 12 yang berkuasa di daerah Lawang setelah adanya pangeran pangeran
( Berdirinya Kerajaan Sriwijaya di sekitar Palembang ).
Penjelasan Istilah / Kata
Lintang
Empat Lawang ( 4 Lawang ), terdiri dari dua kata Lintang dan Empat Lawang (kata
Majmuk ). Lintang berasal dari kata lantang yang mempunyai arti meurut sejarah
adalah Tegas, Kuat, Berani dan Sakti. Ke Lantangan ini dipunyai oleh penjaga
penjaga Lawang yang terdiri dari Empat Lawang. dari seluruh daerah Lintang. Sedangkan
Lawang mempunyai arti pintu. Jadi, Empat Lawang beraati Empat pintu.
Empat
Lawang
Lawang satu ( 1 )
Pada
tahun 711 datang dari daratan Saudi Arabia 6 orang laki dan 1 orang perempuan
yang berasal dari daerah India ke daerah sekitar desa Tanjung Raya sekarang,
mereka tinggal disana dan mendirikan pemukiman di pinggiran sungan musi dan air
Lintang (sekarang). Lama kelamaan dengan bertambahnya penduduk baik yang datang dari daratan Asia maupun dari
wilayah Indonesia sendiri, mereka memerlukan yang mengatur dan yang memimpin
daerah disana terutama terhadap ancaman keamanan dari luar daerah.
Maka, pada tahun 1716 mereka
mendirikan wilayah Lawang 1 dengan penjaga lawang (batu belawang hilir Desa Tanjung Raya ) “MUHAMMAD
ABDULLAH “dengan julukan “JANTAN
MATA API” (Kesaktiannya, bila marah dari matanya keluar percikan api ) dengan Pimpinan Daerah “UGAU SAKTI “. Lama kelamaan daerah yang masuk kewilayah pimpinan Ugau Sakti Makin luas, dan dengan
demikian penjagaan pintu masuk ( sungai Musi arah hilir ) di pindahkan ke PANGKALAN
BUKIT TINGGI ( daerah Tebing Tinggi sekarang ) yang dijaga oleh seorang laki
laki “ KELUANG SAKTI “ dan seorang perempuan bernama “ JENENG SELENDANG MERAH “
Pada
tahun 1012 pertahanan ‘PANGKALAN BUKIT TINGGI “ di sebut “ PERTAHANAN BUKIT
TIMBUN TULANG “ dikatakan demikian, bila ada yang mau masuk ke daerah kekuasaan
Ugau Sakti, mereka meragukan maksud dan tujuannya akan tamatlah riwayatnya yang
menyebabkan bertimbinnya tulang tulang.
Pada
tahun 1514 PERTAHANAN BUKIT TIMBUN
TULANG diberi gelar “ KEJATAN BUKIT
TINGGI “ dan pada tahun 1802 menjadi “
KEJATAN MUSI ILIR TEBING TINGGI “.
Lawang Dua ( 2 )
Untuk
menjaga pintu masuknya ke wilayah daerah yang dipimpin UGAU SAKTI dengan
menyebanya pemukiman yang mendiami aliran sungai Lintang, diperlukan penjagaan
yang hendak masuk dari hulu sungai lintang, maka dibuatlah pertahanan ( pos
) yang di sebut Lawang Dua ( 2 ), yang
terletak di derah Desa Sawah sekarang, bernama “ BUKIT CAMPANG BELAWANG “ yang
di jaga oleh “ SULAIMAN “ dengan
panggilan MACAN KUMBANG “ dan dijuluki dengan julukan “ BUJANG TELUNJUK EMAS “ dan ahirnya menjadi Pimpinan daerah disana
dengan gelar Raja “ GIMPALAN SAKTI “ ( membuat senjata cukup diurut dengan
telunjuk dan ibu jari ( masih tersisa peninggalannya “ GIMPALAN SAWAH “
Lawang Tiga ( 3 ).
Pimpinan Lawang 1 ( Ugau Sakti ) dan Pemimpin Lawang 2 ( Gimpalan
Sakti ) berrembuk bagaiman untuk menjaga
daerah Lintang dari arus sungai Musi sebelah hulu, ahirnya mereka memutuskan
untuk memdirikan pos penjagaan. Maka didirikan lah pos penjagaan /pertahanan di bukit “ TUMBAK
RAJANG “ sekarang disebut bukit RAFLESIA
dengan penjaga Lawangnya bernama “ BETOK WAJEDI “ dengan panggilan “
JAGO GORENG “ alias TOKEK. Sedangkan pimpinan wilayah “ RADEN RAMBUT SELAKA “
adik kandung dari Gimpalan Sakti pimpinan Lawang 2 .Diantara pemimpin Lawang 3
ini ada yang bernama “ RIU BAJAU “.terletak di daerah Lubuk Puding sekarang.
Lawang Empat ( 4 ).
Arus sungai Musi sebelah hilir dan
sebelah hulu sungai serta arus sungai yang sekarang bernma air Lintang sudah
ada pos penjagaan / pertahanan, tinggal yang masih kosong arus sungai yang
sekarang bernama air Lintang Kiri. Untuk itu, maka dibuatlah pos pertahanan 4 (
Lawang 4 ) di bukit SIAGA TIDUR dengan
penjaga pos pertahanan bernama “ LIDAH API “ sedangkan pusat pertahanan berada di daerah Muara Danau sekarang
dengan pimpinan bernama SUIB AKBAK dengan gelar “ JALAK JAMBUL “. Di Lawang 4
ini, juga ada diantara pimpinannya bernama “ TAPAK SAKTI”.
Demikian
sejarah ringkas daerah Lintang 4 Lawang sebelum berdirinya kerajaan Sriwijaya.
Perlu kita ketahui bahwa pada zaman dahulu transportasi ada di sungai sungai,
dengan menggunakan alat transsportasi Lanting, Rakit atau Jung.Di daerah
Lintang 4 Lawang sekarang ada 2 sungai besar waktu itu mereka namai dengan
sungai Lintang Kiri dan Lintang Kanan.
No comments:
Post a Comment