Thursday, 13 February 2014

SEJARAH EMPAT LAWANG




Kabupaten Empat Lawang adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Kabupaten Empat Lawang diresmikan pada 20 April 2007. setelah sebelumnya disetujui oleh DPR dengan disetujuinya Rancangan Undang-Undangnya pada 8 Desember 2006 tentang pembentukan kabupaten Empat Lawang bersama 15 kabupaten/kota baru lainnya. Kabupaten Empat Lawang merupakan pemekaran dari kabupaten Lahat.



Nama kabupaten ini, menurut cerita rakyat berasal dari kata Empat Lawangan, yang dalam bahasa setempat berarti "Empat Pendekar (Pahlawan)". Hal tersebut karena pada zaman dahulu terdapat empat orang tokoh yang pernah memimpin daerah ini.

Pada masa penjajahan Hindia Belanda (sekitar 1870-1900), Tebing Tinggi memegang peran penting sebagai wilayah administratif (onderafdeeling) dan lalu lintas ekonomi karena letaknya yang strategis. Tebing Tinggi pernah diusulkan menjadi ibukota keresidenan saat Belanda berencana membentuk Keresidenan Sumatera Selatan (Zuid Sumatera) tahun 1870-an yang meliputi Lampung, Jambi dan Palembang. Tebing Tinggi dinilai strategis untuk menghalau ancaman pemberontakan daerah sekitarnya, seperti Pagar Alam, Pasemah dan daerah perbatasan dengan Bengkulu. Rencana itu batal karena Belanda hanya membentuk satu keresidenan, yaitu Sumatera.
Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Onderafdeeling Tebing Tinggi berganti nama menjadi wilayah kewedanaan dan akhirnya pada masa kemerdekaan menjadi bagian dari wilayah sekaligus ibu kota bagi Kabupaten Empat Lawang.

Sekarang Kabupaten Empat Lawang memiliki sepuluh kecamatan, yaitu:

1. Lintang Kanan, Empat Lawang | Lintang Kanan
2. Muara Pinang, Empat Lawang | Muara Pinang
3. Nanjungan, Empat Lawang | Pasemah Air Keruh
4. Pendopo, Empat Lawang | Pendopo
5. Talang Padang, Empat Lawang | Talang Padang
6. Tebing Tinggi, Empat Lawang | Tebing Tinggi
7. Padang Tepong, Empat Lawang | Ulu Musi
8. Karang Dapo, Empat Lawang | Sikap Dalam
9. Suka Kaya, Empat Lawang | Saling
10. Lingge, Empat Lawang | Pendopo barat


 Persi Lain

Sejarah Asal Usul Lintang Empat Lawang

Sudah  tak  terbilang  jumlahnya  yang menulis/menerbitkan  Sejarah Empat Lawang, namun dari  tulisan pertama  dengan yang lainnya tidak ada yang sama ,semuanya  berbeda, oleh  sebab  itu , timbullah  pertanyaan  pertanyaan ;  mana yang benar?  Mana yang akurat ?  …………………                                                                               

Untuk mencari Jawaban  pertanyaan  di atas,  maka saya berusaha mencari dan  menggali  kembali  informasi  sejarah  Empat Lawang dari  sumber  yang  mempunyai dokumen, atau setidak tidaknya sumber  yang mempunyai  kedekatan dengan kebenaran  sejarah,,  bukan dari dongengan  atau  mengikuti  kejadian  alam. yang memang  telah  tercipta oleh yang kuasa yang dikaitkan dengan sejarah.

Alhamdulillah,apa yang saya cari,  saya temukan satu dokumen  yang  telah lapuk dimakan usia ditambah dengan informasi / cerita yang turun temurun dari alur keturunan pangeran yang ada di daerah Empat Lawang .yaitu seorang cucu pangeran ke 12 dari pangeran yang ada di daerah Empat Lawanfg  semenjak adanya kekuasaan di daerah Empat Lawang  ( berdirinya kerajaan Sriwijaya ) ..  

           Untuk itulah Kepada pihak yang memberikan dokumen dan keterangan  saya ucapkan terimah kasih, akhirnya semoga tulisan  ini  dapat mendekati kebenaran dan semoga dapat di baca dan dipahami oleh generasi mendatang. Karena Bangsa yang besar adalah bangsa yang   tidak  pernah melupakan sejarah..


Dokumen :

Berupa salinan sejarah  yang disalin oleh Pangeran  H.ABU BAKAR BIN H.YEN

Lahir pada tahun 1854  meninggal tahun 1980 Pangeran ke 12 yang berkuasa di daerah Lawang setelah adanya pangeran pangeran ( Berdirinya Kerajaan Sriwijaya di sekitar Palembang ).



                                                                                 

Penjelasan Istilah / Kata

Lintang Empat Lawang ( 4 Lawang ),  terdiri  dari dua kata Lintang dan Empat Lawang (kata Majmuk ). Lintang berasal dari kata lantang yang mempunyai arti meurut sejarah adalah Tegas, Kuat, Berani dan Sakti. Ke Lantangan ini dipunyai oleh penjaga penjaga Lawang yang terdiri dari Empat Lawang. dari seluruh daerah Lintang. Sedangkan Lawang mempunyai arti pintu. Jadi, Empat Lawang beraati Empat  pintu.



Empat Lawang

     
      Lawang satu ( 1 )


Pada tahun 711 datang dari daratan Saudi Arabia 6 orang laki dan 1 orang perempuan yang berasal dari daerah India ke daerah sekitar desa Tanjung Raya sekarang, mereka tinggal disana dan mendirikan pemukiman di pinggiran sungan musi dan air Lintang (sekarang). Lama kelamaan dengan bertambahnya penduduk baik  yang datang dari daratan Asia maupun dari wilayah Indonesia sendiri,   mereka memerlukan yang mengatur dan yang memimpin daerah disana terutama terhadap ancaman keamanan dari luar daerah.

 Maka, pada tahun  1716  mereka mendirikan wilayah Lawang 1 dengan penjaga lawang (batu belawang  hilir Desa Tanjung Raya )  MUHAMMAD ABDULLAH “dengan julukan “JANTAN MATA API” (Kesaktiannya, bila marah dari matanya keluar percikan api ) dengan Pimpinan  Daerah  “UGAU SAKTI “. Lama kelamaan daerah yang masuk kewilayah pimpinan Ugau Sakti Makin luas, dan dengan demikian penjagaan pintu masuk ( sungai Musi arah hilir ) di pindahkan ke PANGKALAN BUKIT TINGGI ( daerah Tebing Tinggi sekarang ) yang dijaga oleh seorang laki laki “ KELUANG SAKTI “ dan seorang perempuan bernama “ JENENG SELENDANG MERAH “

Pada tahun 1012 pertahanan ‘PANGKALAN BUKIT TINGGI “ di sebut “ PERTAHANAN BUKIT TIMBUN TULANG “ dikatakan demikian, bila ada yang mau masuk ke daerah kekuasaan Ugau Sakti, mereka meragukan maksud dan tujuannya akan tamatlah riwayatnya yang menyebabkan bertimbinnya tulang tulang.

Pada tahun 1514 PERTAHANAN  BUKIT TIMBUN TULANG diberi gelar  “ KEJATAN BUKIT TINGGI “  dan pada tahun 1802 menjadi “ KEJATAN MUSI ILIR TEBING TINGGI “.



Lawang Dua ( 2 )


Untuk menjaga pintu masuknya ke wilayah daerah yang dipimpin UGAU SAKTI dengan menyebanya pemukiman yang mendiami aliran sungai Lintang, diperlukan penjagaan yang hendak masuk dari hulu sungai lintang, maka dibuatlah pertahanan ( pos )  yang di sebut Lawang Dua ( 2 ), yang terletak di derah Desa Sawah sekarang, bernama “ BUKIT CAMPANG BELAWANG “ yang di jaga oleh “ SULAIMAN “  dengan panggilan MACAN KUMBANG “ dan dijuluki dengan julukan “ BUJANG TELUNJUK EMAS “  dan ahirnya menjadi Pimpinan daerah disana dengan gelar Raja “ GIMPALAN SAKTI “ ( membuat senjata cukup diurut dengan telunjuk dan ibu jari ( masih tersisa peninggalannya “ GIMPALAN SAWAH “



Lawang Tiga  ( 3 ).

          Pimpinan Lawang  1 ( Ugau Sakti ) dan Pemimpin Lawang 2 ( Gimpalan Sakti )  berrembuk bagaiman untuk menjaga daerah Lintang dari arus sungai Musi sebelah hulu, ahirnya mereka memutuskan untuk memdirikan pos penjagaan. Maka didirikan lah  pos penjagaan /pertahanan di bukit “ TUMBAK RAJANG “ sekarang disebut bukit RAFLESIA  dengan penjaga Lawangnya bernama “ BETOK WAJEDI “ dengan panggilan “ JAGO GORENG “ alias TOKEK. Sedangkan pimpinan wilayah “ RADEN RAMBUT SELAKA “ adik kandung dari Gimpalan Sakti pimpinan Lawang 2 .Diantara pemimpin Lawang 3 ini ada yang bernama “ RIU BAJAU “.terletak di daerah Lubuk Puding sekarang.


Lawang Empat ( 4 ).

          Arus sungai Musi sebelah hilir dan sebelah hulu sungai serta arus sungai yang sekarang bernma air Lintang sudah ada pos penjagaan / pertahanan, tinggal yang masih kosong arus sungai yang sekarang bernama air Lintang Kiri. Untuk itu, maka dibuatlah pos pertahanan 4 ( Lawang 4 ) di bukit SIAGA TIDUR  dengan penjaga pos pertahanan bernama “ LIDAH API “ sedangkan pusat pertahanan  berada di daerah Muara Danau sekarang dengan pimpinan bernama SUIB AKBAK dengan gelar “ JALAK JAMBUL “. Di Lawang 4 ini, juga ada diantara pimpinannya bernama “ TAPAK SAKTI”.


Demikian sejarah ringkas daerah Lintang 4 Lawang sebelum berdirinya kerajaan Sriwijaya. Perlu kita ketahui bahwa pada zaman dahulu transportasi ada di sungai sungai, dengan menggunakan alat transsportasi Lanting, Rakit atau Jung.Di daerah Lintang 4 Lawang sekarang ada 2 sungai besar waktu itu mereka namai dengan sungai Lintang Kiri dan Lintang Kanan.



No comments:

Post a Comment